Ujian Nasional merupakan salah satu
agenda pendidikan Indonesia untuk menguji kemampuan kompetensi siswa.
Materi ujian nasional disusun berdasarkan kurikulum yang diberikan di
setiap jenjang sekolah. Di Indonesia ujian nasional masih menjadi pro
dan kontra bagi siswa dan guru. Saya melihat beberapa fenomena ritual
siswa yang terjadi di Indonesia sebelum UN dilaksanakan di beberapa
daerah.
1. Mengunjungi makam leluhur/wali sebelum ujian
2. Melakukan istigosah bersama di sekolah
3. Mengundang psikolog ke sekolah
4. Memberi jampe ke pulpen atau pensil supaya mudah mengerjakan soal
Itulah beberapa ritual yang saya dapatkan
dari berita di media elektronik selama UN berlangsung. Terlepas dari
benar
atau tidaknya berita tersebut saya menganalisa bahwa siswa
Indonesia seolah tidak siap diuji kemampuan akademiknya dengan UN. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa mental siswa indonesia masih sangat
lemah. Kenapa siswa datang ke makam leluhur/wali pada saat mau UN?Kenapa
tidak pada hari-hari pada saat tidak ada ujian?Kenapa siswa pada saat
istigosah kadang ada yang histeris bahkan pingsan seolah-olah mereka
stress?Kenapa mengundang psikolog ke sekolah sebelum UN padahal di
sekolah ada guru BK yang fungsinya sama?Kenapa sampai ada siswa yang
datang ke “orang pintar” untuk minta jampe-jampe ke pulpen/pensil?
Adik-adik siswa Indonesia yang saya
banggakan, ujian nasional merupakan salah satu bagian ujian kehidupan.
Jika siswa betul-betul belajar dengan tekun dan rajin selama 3 tahun,
tentunya kapan pun mereka akan diuji kemampuannya mereka harus siap.
Guru memberikan materi pelajaran berdasarkan standar kompetensi yang
tertera di Permendiknas. Artinya semua guru di Indonesia memberikan
materi pelajaran yang bobotnya kurang lebih sama kepada setiap siswa.
Lalu kenapa mesti takut oleh UN? Itulah mungkin salah satu
sifat/karakter masyarakat Indonesia yang perlu dirubah. Terlepas
mekanisme penilaian UN itu masih kurang sesuai atau apapun teknis di
dalamnya, saya melihat bahwa guru dan siswa Indonesia di beberapa tempat
ketakutan ketika UN berlangsung.
Sekarang jika UN dihapus kemudian diganti
menjadi UAS saja dan sekolah yang mutlak menentukan kelulusan siswa,
bisa jadi nanti siswa akan menjadi terlalu santai dan kurang peduli
tentang ujian karena yang meluluskan adalah gurunya sendiri. Saya
menggarisbawahi tentang fenomena ketakutan yang luar bisa ketika UN akan
dilaksanakan. Guru sebagai pendidik tentunya bertugas menanamkan
karakter kepada setiap peserta didiknya. Jika siswa masih saja takut
diuji kompetensinya, maka bisa jadi guru tersebut gagal menanamkan
karakter pada siswanya. Pemerintah tentunya akan berupaya memperbaiki
sistem pendidikan kita agar sesuai dengan karakter bangsa indonesia
sendiri.
Mau apapun bentuk ujiannya, baik ujian
nasional atau ujian sekolah, siswa haruslah siap mengikutinya karena
mereka sudah dididik selama 3 tahun. 3 Tahun guru membentuk karakter
siswa di sekolah dan harusnya sifat takut dan stress ketika ujian
harusnya tidak perlu terjadi. Jika mengikuti ujian nasional yang
bentuknya mengerjakan soal di kertas saja sudah stress bagaimana jika
nanti diberikan ujian kehidupan lainnya yang lebih sulit dibanding UN.
Wassalam.
just copas to http://agnazgeograph.wordpress.com/2013/05/07/ritual-ritual-siswa-je-lang-ujian-nasional/
19.13
0 komentar:
Posting Komentar